Pages

Subscribe:

Blog Tutorial

  • < ahref="http://doanco.blogspot.com/2008/03/ membuat-email-di-gmail.html"> Membuat Email Gmail

Senin, 26 Juli 2010

Malam Nisfu Sya'ban

Kaum Muslim, Banyaklah Bertobat

Jepara, 26 Juli 2010
Mubaligh di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Drs. H. Al Husaini, Jumat subuh mengatakan, menurut riwayat Abi Darda Radiallahu Anhu, sepanjang tahun terdapat lima keutamaan yang cukup istimewa di sisi Allah SWT, yakni malam Jumat, malam Idul Fitri, malam Idul Adha, malam pertama bulan Rajab dan malam nisfu (pertengahan) bulan Sya`ban.

Dikatakan, Rasulullah Muhammad SAW dalam sabdanya kepada istrinya Aisyah ra, menerangkan keutamaan malam nisfu Sya`ban, yang merupakan malam mustajabah (dikabulkan oleh Allah SWT).

Oleh sebab itu, ia mengajak kaum muslim untuk meminta ampun dan bertobat kepada Allah SWT pada malam itu, antara lain dengan banyak-banyak membaca istighfar serta lebih banyak lagi melakukan ibadah.

Ia menyatakan gembira atas kebiasaan sebagian besar kaum muslim di Indonesia yang begitu antusiasnya menyambut malam nisfu Sya`ban, seperti melaksanakan shalat berjamaah, baik berupa shalat fardhu Maghrib maupun shalat tobat, shalat hajad, serta ibadah lainnya.

"Namun hal tersebut jangan hanya sekadar untuk menyemarakkan malam nisfu Sya`ban, tetapi lebih dari itu usai melakukan kegiatan berjama`ah baik di masjid maupun langgar (surau), hendaknya tidak mengulang kembali perbuatan sia-sia, seperti menonton tayangan teve yang tak ada manfaatnya," pesannya.

"Sebagaimana hadits Rasulullah SAW, pada malam nisfu Sa`ban itu, Allah SWT melihat dan mendekati hamba-hamba Nya yang rajin serta banyak melakukan ibadah, karenanya pula segala pinta dan permohonan
dimungkinkan untuk dikabulkan Allah SWT," tuturnya.

Husaini mencontohkan sunnah rasul dimaksud, dimana ketika malam nisfu Sa`ban Nabi Muhammad SAW melakukan ziarah malam ke makam baqi (pekuburan para syuhada dan aulia Allah) seraya mendo`akan para almarhum dan almarhumah tersebut.

Ia mengingatkan pula soal keutamaan malam nisfu Sa`ban tersebut tidak ada hubungannya dengan pelaksanaan puasa pada siang harinya, karena masing-masing mempunyai dalil sendiri-sendiri.

"Dalam kehidupan Rasulullah, baginda Muhammad SAW rajin melaksanakan puasa pada hari-hari menjelang pertengahan bulan hijriyah yaitu tanggal 13, 14 dan 15 berturut-turut," ungkapnya.

Oleh karena itu tidak ada salahnya kalau kaum muslim melaksanakan puasa pada bulan Sa`ban bukan hanya tanggal 15 atau pertengahannya saja, tetapi dilakukan sejak awal yaitu mulai tanggal 13 selama tiga hari berturut-turut, demikian Husaini. [Tma, Ant]

Sabtu, 24 Juli 2010

Menahan Diri
Sebentar lagi, umat Islam menjalankan ibadah shaum di bulan suci Ramadhan. Shaum yang secara bahasa berarti al-imsak, menahan diri. Makna bahasa inilah yang hari-hari ini menarik untuk sama-sama kita praktekkan. Kenapa? Karena, siapapun kita, sebagai seorang individu atau warga negara, sebagai aparat keamanan, penegak hukum, pelaku media massa, atau siapapun, akan dimintai pertanggungjawaban apa yang telah kita katakan dan kita perbuat, tidak hanya di dunia ini, tentu di akhirat kelak.
Jika kita sebagai aparat keamanan, yang semestinya melindungi dan mejaga rasa aman seluruh masyarakat, maka aparat keamanan seyogyanya menahan diri dari membuat statemen atau memberi ruang bagi statemen yang keliru tentang suatu hal, contohnya dalam hal ini adalah statemen atau opini bahwa yang yang digrebeg di Temanggung adalah seorang gembong teroris yang telah lama dicari, ternyata informasi itu tidak benar.
Kita sebagai penegak hukum, hendaknya tetap mengedepankan azaz praduga tak bersalah. Bahkan dalam kaidah Islam, “Memberi pema’afan yang boleh jadi keliru, itu lebih baik dan lebih didahulukan dari pada memutuskan hukum tapi salah.”
Betapa sakitnya orang yang divonis keliru, betapa malunya keluarga yang divonis bersalah, padahal mereka boleh jadi tidak tahu menahu dan tidak bersalah, kalau toh bersalah, harus dibuktikan terlebih dahulu secara hukum. Apakah ada kasus salah hukum di negeri ini? Banyak.
Kita sebagai insan media, hendaknya terlebih dahulu melakukan chek dan richek kebenaran suatu berita. Bukan karena mengejar deadline, sehingga mengorbankan objektifitas dan kebenaran suatu berita. Jangan memberitakan suatu informasi dengan kata-kata “diduga”. Sungguh ajaran agama telah memberi etika dalam pemberitaan dan dalam menerima berita: “Wahai orang-orang yang Beriman, apabila datang seorang fasiq dengan membawa suatu informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu kebodohan, sehingga kalian menyesali perbuatan yang telah kalian lakukan.” Al-Hujurat:6
Ketika masyarakat sudah merasa lega dengan adanya berita terbunuhnya gebong “teroris”, ternyata kelegaan itu sirna, ketika pihak kepolisian memastikan bahwa yang terbunuh itu berbeda dari yang diberitakan selama ini. Siapa yang bertanggungjawab atas penyesatan informasi yang telah disampaikan kepada masyarakat??
Kita sebagai warga negara yang baik juga demikian, tidak serta merta menelan mentah-mentah suatu berita. Teliti terlebih dahulu. Siapa yang menyampaikan. Lihat track recordnya. Selidiki keperpihakannya. Terlebih terkait suatu berita besar yang memang menjadi konsumsi dunia internasional dan menjadi agenda penting mereka, dalam hal ini contohnya adalah masalah “terorisme”. Lebih berhati-hati dalam menerima dan menyimpulkan suatu berita. Menahan diri dari menyalahkan pihak-pihak lain.
Kita sebagai bagian dari umat beragama, wabilkhusus agama Islam, hendaknya juga menahan diri dari menafsirkan suatu ajaran agama dengan tidak pada tempatnya. Seperti memaknai jihad dengan perang di suatu wilayah yang damai dan berpenduduk mayoritas muslim, seperti di Indonesia tercinta ini. Pemaknaan ini jelas-jelas tidak benar menurut mayoritas ulama dan umat Islam. Jihad dalam arti perang hanya dibenarkan jika suatu wilayah itu dijajah dan diserang musuh secara militer, seperti yang terjadi di Iraq, Afghanistan, Palestina. Umat Islam wajib menahan diri dari hal-hal yang justeru merusak citra Islam.
Kita semua harus menahan diri dari menebar kesalahan, teror baru dan justeru yang dikedepankan adalah azaz praduga tak bersalah, kebersamaan, kedamaian, persatuan dan kesatuan.
Dan Ramadhan dengan ibadah shaum itu mengajarkan kita berbuat demikian. Marhaban Ya Ramadhan!. Allahu a’lam
Asmaul Husna
01 Ar-Rahman -Yang Maha Pemurah
02 Ar-Rahim -Yang Maha Mengasihi
03 Al-Malik -Yang Maha Menguasai
04 Al-Quddus -Yang Maha Suci
05 Al- Sallam -Yang Maha Selamat Sejahtera
06 Al-Mu'min -Yang Maha Melimpahkan Keamanan
07 Al-Muhaimin -Yang Maha Pengawal serta Pengawas
08 Al-Aziz -Yang Maha Berkuasa
09 Al-Jabbar -Yang Maha Kuat
10 Al-Mutakabir -Yang Melengkapi Segala Ke Besarannya
11 Al-Khaliq -Yang Maha Pencipta
12 Al-Bari -Yang Maha Menjadikan
13 Al-Musawwir -Yang Maha Pembentuk
14 Al-Ghaffar -Yang Maha Pengampun
15 Al-Qahhar -Yang Maha Perkasa
16 Al-Wahhab -Yang Maha Penganugerah
17 Al-Razzaq -Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al-Fattah -Yang Maha Pembuka
19 Al-'Alim -Yang Maha Mengetahui
20 Al-Qabidh -Yang Maha Pengekang
21 Al-Basit -Yang Maha Melimpah Nikmat
22 Al-Khafidh -Yang Maha Perendah (Pengurang)
23 Ar-Rafi' -Yang Maha Peninggi
24 Al-Mu'izz -Yang Maha Mengasihi dan menghormati (Memuliakan)
25 Al-Muzill -Yang Maha Menghina
26 As-Sami' -Yang Maha Mendengar
27 Al-Basir -Yang Maha Melihat
28 Al-Hakam -Yang Maha Mengadili
29 Al-'Adl -Yang Maha 'Adil
30 Al-Latif -Yang Maha Lembut serta Halus
31 Al-Khabir -Yang Maha Mengetahui
32 Al-Halim -Yang Maha Penyabar
33 Al-'Azim -Yang Maha Agung
34 Al-Ghafur -Yang Maha Pengampun
35 Asy-Syakur -Yang Maha Bersyukur
36 Al-'Aliy -Yang Maha Tinggi serta Mulia
37 Al-Kabir -Yang Maha Besar
38 Al-Hafiz -Yang Maha Memelihara
39 Al-Muqit -Yang Maha Menjaga
40 Al-Hasib -Yang Maha Penghitung
41 Al-Jalil -Yang Maha Besar serta Mulia
42 Al-Karim -Yang Maha Pemurah
43 Ar-Raqib -Yang Maha Waspada
44 Al-Mujib -Yang Maha Pengkabul
45 Al-Wasi' -Yang Maha Luas
46 Al-Hakim -Yang Maha Bijaksana
47 Al-Wadud -Yang Maha Penyayang
48 Al-Majid -Yang Maha Mulia
49 Al-Ba'ith -Yang Maha Membangkitkan Semula
50 Asy-Syahid -Yang Maha Menyaksi
51 Al-Haqq -Yang Maha Benar
52 Al-Wakil -Yang Maha Pentadbir
53 Al-Qawiy -Yang Maha Kuat
54 Al-Matin -Yang Maha Teguh
55 Al-Waliy -Yang Maha Melindungi
56 Al-Hamid -Yang Maha Terpuji
57 Al-Muhsi -Yang Maha Penghitung
58 Al-Mubdi -Yang Maha Pencipta dari Asal
59 Al-Mu'id -Yang Maha Mengembali serta Memulihkan
60 Al-Muhyi -Yang Maha Menghidupkan
61 Al-Mumit -Yang Mematikan
62 Al-Hayy -Yang Senantiasa Hidup
63 Al-Qayyum -Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64 Al-Wajid -Yang Maha Penemu
65 Al-Majid -Yang Maha Mulia
66 Al-Wahid -Yang Maha Esa
67 Al-Ahad -Yang Tunggal
68 As-Samad -Yang Menjadi Tumpuan
69 Al-Qadir -Yang Maha Berupaya
70 Al-Muqtadir -Yang Maha Berkuasa
71 Al-Muqaddim -Yang Maha Menyegera
72 Al-Mu'akhkhir -Yang Maha Penangguh
73 Al-Awwal -Yang Pertama
74 Al-Akhir -Yang Akhir
75 Az-Zahir -Yang Zahir
76 Al-Batin -Yang Batin
77 Al-Wali -Yang Wali / Yang Memerintah
78 Al-Muta'ali -Yang Maha Tinggi serta Mulia
79 Al-Barr -Yang banyak membuat kebajikan
80 At-Tawwab -Yang Menerima Taubat
81 Al-Muntaqim -Yang Menghukum (mereka yang bersalah)
82 Al-'Afuw -Yang Maha Pengampun
83 Ar-Ra'uf -Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84 Malik-ul-Mulk -Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85 Dzul-Jalal-Wal-Ikram -Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86 Al-Muqsit -Yang Maha Saksama
87- Al-Jami' -Yang Maha Pengumpul
88- Al-Ghaniy -Yang Maha Kaya serta Serba Lengkap
89- Al-Mughni -Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90 Al-Mani' -Yang Maha Pencegah
91 Al-Darr -Yang Mendatangkan Mudharat
92 Al-Nafi' -Yang Memberi Manfaat
93 Al-Nur -Yang bercahaya
94 Al-Hadi -Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95 Al-Badi' -Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96 Al-Baqi -Yang Maha Kekal
97 Al-Warith -Yang Maha Mewarisi
98 Ar-Rasyid -Yang Memimpin (Ke arah Kebenaran)
99 As-Sabur -Yang Maha Penyabar


Mutiara Kata: "Setiap jiwa yang dilahirkan telah tertanam dengan benih untuk mencapai keunggulan hidup.Tetapi benih itu tidak akan tumbuh seandainya tidak dibajai dengan keberanian"

Sholat Tahajjud

Sholat Tahajjud
Keutamaan Shalat Tahajjud/Qiyamullail:
1. Orang yang shalat tahajud akan dibangkitkan Allah dalam di tempat yang terpuji.
Allah SWT Berfirman: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra: 79)
2. Orang yang shalat tahajud adalah orang yang disebut oleh Allah sebagai muhsinin dan berhak mendapatkan kebaikan dari-Nya serta rahmat-Nya.
Allah SWT Berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (QS Az-Zariyah: 15-18)
3. Orang yang shalat tahajud dipuji Allah dan dimasukkan kedalam kelompok hamba-nya yang baik-baik.
Allah SWT Berfirman: Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS. Al-Furqan: 63-64)
4. Kepada Orang yang shalat tahajud, Allah bersaksi atas mereka bahwa mereka adalah orang yang beriman.
Allah SWT Berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni’mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 15-17)
5. Allah membedakan Orang yang shalat tahajud dengan yang tidak secara jelas dan bahwa mereka berbeda dengan lainnya
Allah SWT Berfirman: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az-Zumar: 9).
6. Kepada Orang yang shalat tahajud, Rasulullah SAW mengatakan bahwa mereka pasti akan masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda: Wahai manusia, sebarkanlah salam, beri makanlah, sambung tali kasih, shalat malamlah saat orang pada terlelap, maka masuklah surga dengan selamat. (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, At-Tirmizy).
7. Shalat tahajjud itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan.
Rasulullah SAW bersabda kepada Salman al-Farisi: “Hendaklah kamu melaksanakan qiyamullail karena qiyamullail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan.” (HR. A-Tabarani dan Al-Hatsami).
Adab Shalat Tahajjud/Qiyamullail:
1. Ketika akan tidur pada malam hari berniat terlebih dahulu untuk melakukan qiyamullail.
Dari Abi Darda’ bahwa Nabi SAW bersabda,”Siapa yang mendatangi tempat tidurnya dan berniat akan bangun malam, namun kantuknya membuatnya tidak bangun hingga pagi hari, dia tetap mendapat pahala sesuai yang diniatkannya. Sedangkan tidurnya itu merupakan sedekah dari Allah kepada hamba-Nya.” (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).
2. Ketika bangun malam untuk shalat, hendaknya mengusap wajahnya lalu bersiwak (membersihkan gigi), menengadah ke langit lalu berdoa.
3. Sebelum mulai shalat lail, hendaknya dimulai dahulu dengan shalat dua rakaat yang ringan. Setelah itu barulah mulai shalat malam yang panjang terserah berapa lamanya.
Dari Aisyah ra. Bahwa Rasulullah SAW bila shalat malam, beliau membukanya dengan terlebih dahulu shalat dua rakaat yang ringan”. (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Bila kalian shalat malam, maka hendaknya memulai dengan shalat dua rakaat yang pendek”. (HR. Muslim).
4. Membangunkan juga keluarganya (anak dan istri) untuk ikut shalat malam bersama.
Dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah merahmati seorang yang bangun malam dan membangunkan istrinya, bila istrinya menolak, maka dipercikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam dan membangunkan suaminya, bila suaminya menolak, maka dipercikkan air ke wajahnya”. (HR. Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad).
Dan masih banyak lagi cara dan adab lainnya. Wallahu a’lam bis-shawab.